"Teori
Kebenaran Kisah Perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW"
Kembali lagi saya ingin membagi kisah Nabi Muhammad yang begitu
mengagumkan yakni kisah Isra' Mi'raj. Teori kebenaran kisah perjalanan Isra'
Mi'raj Nabi Muhammad memang sudah lama beredar di dunia maya, tapi apa salahnya
jika saya membagikannya kepada teman-teman semua, berikut kisahnya.
KEBENARAN ISRA` MI`RAJ BERDASARKAN RELATIVITAS EINSTEIN
Isra’ dan Mi’raj. Secara istilah, Isra’ berjalan di waktu malam hari, sedangkan Mi’raj adalah alat (tangga) untuk naik. Peristiwa Isra’ Mi'raj terbagi dalam 2 peristiwa. Dalam Isra’, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.
Isra’ dan Mi’raj. Secara istilah, Isra’ berjalan di waktu malam hari, sedangkan Mi’raj adalah alat (tangga) untuk naik. Peristiwa Isra’ Mi'raj terbagi dalam 2 peristiwa. Dalam Isra’, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.
Prosesi sejarah perjalanan Isra’’ Mi’raj Nabi Muhammad termaktub
dalam firman Allah :
“Maha suci Allah yang menjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Majidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepadanya sebahagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. (QS. 17.Al-Isra’’ :1)
“Maha suci Allah yang menjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Majidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepadanya sebahagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. (QS. 17.Al-Isra’’ :1)
“Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril
itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di
dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika
Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling
dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah
melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS.
An-Najm:13-18)
Sejarah mencatat Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa yang fantastis
dan sulit dicerna akal. Banyak yang menganggap itu adalah sebuah peristiwa
metafisika yang tidak rasional. Dimana Kebenaran metafisika adalah kebenaran
naqliyah yang tidak harus dibuktikan secara akal, namun lebih bersifat imani.
Valid tidaknya kebenaran peristiwa metafisika-secara akal, bukanlah soal selagi
ia diimani. Sehingga banyak orang yang meragukan kebenaran dari Isra’ Mi’raj
dengan menganggap Isra’` Mi`raj sebagai sesuatu yang mengada-ada dan dongeng
Nabi Muhammad belaka.
Tapi siapa sangka dan bukan suatu kebetulan kiranya, jika
kemudian Allah pada awal abad ke - 20 ciptakan seorang manusia bernama Albert
Einstein, fisikawan ternama berbangsa Yahudi yang dengan teori Relativitasnya,
kebenaran fenomena Isra’ Mi’raj menjadi rasional alias kebenarannya dapat
dibuktikan secara nyata.
Untuk bisa memahami konsep relativitas waktu, kita harus
memahami dulu yang dimaksud dengan Waktu (Time). Dalam fisika, waktu merupakan
salah satu besaran pokok yang melambangkan periode atau interval yang bisa
diukur secara pasti (satuan internasionalnya adalah detik). Kita tahu bahwa 1
hari terdiri dari 24 jam, 1 jam 60 menit, dan 1 menit 60 detik. 1 detik
didefinisikan sebagai jumlah osilasi atom Cesium-133 (9.192.631.770 osilasi)
pada jam atom. Dengan konstanta-konstanta yang terlibat ini, kita tentunya
langsung menyimpulkan bahwa waktu memiliki nilai absolut (eksak) dan bukan
merupakan besaran yang nilainya relatif terhadap suatu acuan tertentu.
Tetapi Einstein mengubah pandangan ini saat mengemukakan teori
relativitasnya Menurut Einstein, semakin besar kecepatan gerak suatu benda atau
partikel, waktu akan berjalan semakin lambat bagi benda atau partikel tersebut.
Saat kecepatannya mendekati kecepatan cahaya, waktu berjalan sangat lambat.
Bagaimana kalau ada benda atau partikel yang bisa bergerak dengan kecepatan
melebihi kecepatan cahaya? Waktu akan berjalan begitu lambatnya sehingga benda
yang bergerak dengan kecepatan setinggi itu bisa kembali ke posisi awal dengan
sangat cepat. Saking cepatnya, benda itu sudah kembali berada di posisi awalnya
sebelum benda itu mulai bergerak.
Teori relativitas Einstein dapat dibuktikan dengan perjalanan ke
ruang angkasa. Para astronot meninggalkan bumi menggunakan pesawat ulang-alik
yang meluncur dengan kecepatan sangat tinggi. Jika mereka melakukan perjalanan selama
1 tahun di ruang angkasa dan kemudian kembali ke bumi, mereka bisa menemukan
bahwa bumi mencatat waktu perjalanan mereka mencapai 10 tahun! Ini berarti dua
orang atau benda yang bergerak dengan kecepatan berbeda akan mengalami durasi
waktu yang berbeda pula. Dan Albert Einstein menambahkan bahwa apabila suatu
benda melebihi kecepatan cahaya (v>c) maka benda tersebut akan kembali ke
masa lalu.
Dan, inilah yang telah direfleksikan buraq, hewan sejenis kuda
bersayap sebagai kendaraan Nabi saat melakukan perjalanan Isra`. Ketika memulai
perjalanan yaitu dari Masjid Alharam (Mekkah), dengan daya kecepatan buraq
(v>c), Nabi tidaklah mengarah ke masa depan. Namun kembali ke masa lalu.
Dan, melewati masa lalu itulah Nabi memberangkatkan perjalanannya. Hingga,
seiring guliran-guliran waktu perjalanan itu, perjalananpun melaju ke titik
waktu saat mana beliau baru memulai. Hingga, kesan yang ada pun seolah-olah
Nabi melakukan perjalanan Isra` Mi`raj hanyalah sesaat.
Dari penjelasan diatas Albert Einstein seolah-olah merefleksikan
bahwa Isra’ Mi’raj adalah perjalanan menembus waktu. Dan kita dapat
menyimpulkan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj adalah benar. Bagaimana mungkin
seorang manusia yang hidup pada 14 Abad yang silam dapat membuat sebuah cerita
atau teori yang dapat dibuktikan didalam abad ke 20 dengan sedemikian
detailnya. Dengan kata lain tidak mungkin Rasulullah SAW mencontoh teori Albert
Einstein yang lahir sesudahnya.
Subhanallah, gimana? Serukan kisahnya, semoga dari kita membaca
artikel Teori Kebenaran Kisah Perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad dapat
mengambil hikmah darinya. Terima Kasih Semoga Bermanfaat !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar